Pada
suatu kesempatan, seorang kenalan menumpahkan seabrek uneg-unegnya
kepada saya. Mulai dari masalah rumah tangganya, sampai dengan masalah yang ada
di keluarga besarnya.
”Sejatinya, Anda
tengah memperoleh surat tagihan dari Allah,” ujar saya setelah ia usai
bercerita. Untuk beberapa saat lamanya, ia mengernyitkan dahinya. Pikirnya,
sejauh ini, yang ia ketahui hanya ada tagihan pajak, tagihan listrik dan
tagihan hutang. Bagaimana mungkin Allah mengirim surat tagihan untuk dirinya?
Sebelum ia bertanya,
saya tersenyum seraya berkata: ”Itu adalah tagihan do’a. Maksudnya, Allah
memperdengarkan dan memperlihatkan berbagai masalah itu kepada kita, boleh
jadi, untuk mengingatkan kepada kita, bahwa sesungguhnya, kita telah lupa atau
bahkan belum pernah sama sekali mendo’akan orang-orang yang terlibat dalam
masalah itu. Baik itu dari kalangan keluarga kita sendiri maupun orang lain
yang terlibat.”
”Berarti, masalah
itu bisa ada karena saya kurang mendo’akan mereka? Hebat sekali ya, do’a saya kok
bisa berpengaruh kepada banyak orang,” ujarnya setengah berseloroh
sekaligus menunjukkan kekurang-pahamannya terhadap apa yang saya maksudkan.
”Ooo, bukan demikian
pemahamannya,” saya langsung mempertegas untuk menghindari kesalah-pahaman
dalam persoalan ini. Selanjutnya, saya menjelaskan, bahwa sejatinya, setiap
masalah itu sudah ada cara penyelesaiannya sendiri-sendiri. Semua sudah diatur
oleh Yang Maha Mengatur. Termasuk bagaimana cara penyelesaiannya, kapan
penyelesaiannya itu terjadi dan siapa saja yang akan terlibat di dalam proses
penyelesaian tersebut.
Oleh karena itu,
seperti apapun kita berusaha, jika belum tiba waktunya, maka masalah itu tetap
belum selesai. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa kita tidak perlu
berusaha. Sebab, jika kita tidak mau berusaha, maka itu berarti kita telah
menjadikan diri kita sebagai Tuhan. Seolah-olah kita telah mengetahui apa yang
akan terjadi dan apa yang perlu terjadi. Justru sebagai tanda bahwa kita tidak
mengetahui apa yang akan terjadi itulah, maka kita perlu berusaha.
Pertolongan
Allah
Sampai di sini,
kita perlu menggaris bawahi satu hal. Yakni, sehebat apapun kita, toh kita tetap saja tidak bisa
menyelesaikan sebuah masalah – baik itu masalah pribadi maupun masalah orang
lain – kecuali dengan adanya kehendak dan pertolongan Allah. Dengan memegang
prinsip ini, kita jadi tidak merasa sombong dan ’ujub (berbangga diri)
ketika bisa menyelesaikan sebuah masalah, dan tidak menjadi putus asa serta
rendah diri ketika belum bisa keluar dari suatu masalah.
Dengan berdasarkan
prinsip tersebut, maka ketika kita menghadapi masalah ataupun mendengarkan
banyak masalah di sekitar kita, kita jadi tidak gampang menghitung dan menilai
kesalahan orang ataupun menyesalkan apa yang sudah terjadi. Sekiranya kita
belum bisa menemukan penyelesaian dari masalah yang kita hadapi itu, maka
isilah hati kita dengan memperbanyak do’a untuk orang-orang yang terlibat di
dalam masalah tersebut. Dengan demikian, keinginan untuk menyalahkan orang
lain, akan diganti dengan do’a kebaikan yang dampaknya sudah barang tentu jauh
lebih positif bagi hati kita.
Begitu pula tatkala
kita mendengar masalah-masalah yang dipaparkan orang-orang di sekitar kita.
Apabila kita menjawabnya dengan memperbanyak do’a di dalam hati, maka keinginan untuk mengadili
kesalahan orang lain insya Allah akan berkurang. Sekiranya kita tidak bisa
menolong untuk mencari penyelesaian masalah orang lain tersebut, maka paling
tidak, kita telah mendo’akan mereka dengan hati yang tulus.
Manakala
kita yang terlibat masalah dengan orang lain ataupun mendengarkan orang
memaparkan masalahnya, maka ingatlah pada Zat yang memberi masalah tersebut.
Bukan pada kepelikan masalahnya. Apabila kita ingat kepada Zat yang memberi
masalah, maka insya Allah kita pun yakin bahwa masalah itu akan selesai atas
izin dan pertolonganNya. Oleh karena itu, mintalah pertolongan kepada Zat Yang
Maha Memberi tersebut.
Alhasil, kita tidak
larut pada masalahnya semata dan tidak sibuk menilai siapa yang salah dan
benar. Sebaliknya, kita justru memohon kepada Sang Khaliq, agar Dia memberi
kejernihan hati dan pikiran serta memberikan pemecahan yang terbaik bagi mereka
yang terlibat di dalam masalah tersebut.
Jangan
Memaksa Tuhan
Yang perlu diingat,
jangan sampai kita berdo’a dengan cara memaksa Tuhan mengikuti keinginan kita.
Sebab, boleh jadi, keinginan kita itu berasal dari hawa nafsu. Bukan merupakan
suatu bentuk pengakuan kita, bahwa sesungguhnya kita ini tak punya daya dan
kemampuan, kecuali atas pertolonganNya.
Inilah
makna dari surat tagihan dari Allah tadi. Dia menghadapkan, memperlihatkan dan
memperdengar-kan kepada kita tentang masalah demi masalah, bukan karena Ia
benci kepada hambaNya. Akan tetapi, karena kasih sayangNyalah, Allah menyentil
kita dengan masalah, agar dengan demikian, kita bisa jadi ingat lagi
kepadaNya. Bukankah Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa Allah itu Maha
Pencemburu?
Oleh sebab itulah,
maka Dia tidak ingin pikiran hambaNya beralih kepada selainNya. Masalah,
merupakan salah satu cara Tuhan untuk mengajak hambaNya agar kembali ingat
kepadaNya. Sedang do’a, selain sebagai sebuah permintaan dari hamba kepada
Khaliqnya, juga adalah salah satu cara seorang hamba untuk mengingatNya.
”Jika
demikian, berarti saya tidak perlu susah dengan masalah yang bertubi-tubi itu,
ya? Sebab, kesusahan itu akan membuat hati saya jadi lemah dan berdo’a dengan
memaksa Tuhan. Padahal berdo’a itu kan untuk memohon agar diberikan
penyelesaian yang terbaik. Bukan memaksakan penyelesaian menurut hawa nafsu
kita,” tiba-tiba kawan saya tadi mengambil kesimpulan yang dapat memberikan
pencerahan pada pemahamannya tentang berbagai masalah yang ia hadapi, maupun
masalah lainnya yang ada di dalam keluarganya.
Usai
pertemuan itu, saya tercenung. Lintasan berbagai masalah yang dipaparkan kawan
tadi masih terngiang. Tanpa disadari, saya sendiri telah menerima surat tagihan
dari Allah untuk mendo’akan makhlukNya. Tak ada daya dan kekuatan melainkan
atas pertolongan Allah.
Ya Allah, berkahilah
ia dan keluarganya. Sebesar apapun masalah yang Engkau berikan pada mereka,
tetap kuatkanlah iman dan Islam mereka. Segundah apapun hati mereka, tetap
buatlah selalu ada celah di hati mereka untuk mengingatMu, sehingga membuat
hati mereka jadi tenang.Nafsuku
menginginkan mereka lepas dari semua masalah. Tetapi Engkaulah Yang Maha
Mengetahui apa yang terbaik bagi hambaMu. Jadikanlah masalah yang dihadapinya
itu sebagai jalan keselamatan bagi mereka di dunia sampai akhirat nanti. Allaahumma
amin. Dan apakah Anda telah membalas surat tagihan Anda? Jika belum, maka
balaslah saat ini. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar